Minggu, 24 November 2019

Welinge Rama lan Biyung

Sega kenduri

Ngger, anakku aku dak kondho
Coba di rungu lan di rasa
Delengen sega kenduri iki
Biyen dadi pangan kang siji
Nalika bapak isih bocah
Sega iki tansah di rayah
Merga jaman larang upa
Ora saben dina muluk sega
Beda karo saiki
Sega kenduri ra di ajeni
Mangka sega iki mberkahi
Di wenehi kanti ikhlasing ati
Mula ya ngger ….
Sega iki ojo di enggo dolanan
Yen pancen gelem ayo di pangan
Dene yen gemang pasrahma liyan
Kareben sega iki di pangan.

Ibu,
Tresna asih ibu
Ora ana kang bisa nggante
’ake
Kesabaran ibu kang kebak wutuh
Ora bisa daklale’
ake
Do’a ibu kang tulus
Tansah ngiringi awakku
Pengorbanane kang tanpa wates
O
ra bisa winales
Ibu . . .
Pituturmu bakal dakrungu
Tresna asihmu marang aku
Ora bakal puput
Pandongaku ibu…
Mug
o Gusti tansah nyembadani,
Aamiin…


































Selasa, 27 Agustus 2013

Pagelaran Wayang Kulit

Wayang Kulit, Seni Pertunjukan Jawa


Malam di Perumahan Graha Prima Bekasi akan terasa hidup jika anda melewatkannya dengan melihat wayang kulit. Irama gamelan yang rancak berpadu dengan suara merdu para sinden takkan membiarkan anda jatuh dalam kantuk. Cerita yang dibawakan sang dalang akan membawa anda larut seolah ikut masuk menjadi salah satu tokoh dalam kisah yang dibawakan. Anda pun dengan segera akan menyadari betapa agungnya budaya Jawa di masa lalu.

Wayang kulit adalah seni pertunjukan yang telah berusia lebih dari setengah milenium. Kemunculannya memiliki cerita tersendiri, terkait dengan masuknya Islam Jawa. Salah satu anggota Wali Songo menciptakannya dengan mengadopsi Wayang Kulit yang berkembang pada masa kejayaan Hindu-Budha. Adopsi itu dilakukan karena wayang terlanjur lekat dengan orang Jawa sehingga menjadi media yang tepat untuk dakwah menyebarkan Islam, sementara agama Islam melarang bentuk seni rupa. Alhasil, diciptakan wayang kulit dimana orang hanya bisa melihat bayangan.

 Pagelaran wayang kulit dimainkan oleh seorang yang kiranya bisa disebut penghibur publik terhebat di dunia. Bagaimana tidak, selama semalam suntuk, sang dalang memainkan seluruh karakter aktor wayang kulit yang merupakan orang-orangan berbahan kulit kerbau dengan dihias motif hasil kerajinan tatah sungging (ukir kulit). Ia harus mengubah karakter suara, berganti intonasi, mengeluarkan guyonan dan bahkan menyanyi. Untuk menghidupkan suasana, dalang dibantu oleh musisi yang memainkan gamelan dan para sinden yang menyanyikan lagu-lagu Jawa.

Tokoh-tokoh dalam wayang keseluruhannya berjumlah ratusan. Orang-orangan yang sedang tak dimainkan diletakkan dalam batang pisang yang ada di dekat sang dalang. Saat dimainkan, orang-orangan akan tampak sebagai bayangan di layar putih yang ada di depan sang dalang. Bayangan itu bisa tercipta karena setiap pertunjukan wayang memakai lampu minyak sebagai pencahayaan yang membantu pemantulan orang-orangan yang sedang dimainkan.

Setiap pagelaran wayang menghadirkan kisah atau lakon yang berbeda. Ragam lakon terbagi menjadi 4 kategori yaitu lakon pakem, lakon carangan, lakon gubahan dan lakon karangan. Lakon pakem memiliki cerita yang seluruhnya bersumber pada perpustakaan wayang sedangkan pada lakon carangan hanya garis besarnya saja yang bersumber pada perpustakaan wayang. Lakon gubahan tidak bersumber pada cerita pewayangan tetapi memakai tempat-tempat yang sesuai pada perpustakaan wayang, sedangkan lakon karangan sepenuhnya bersifat lepas.
Itulah sekelumit tentang Wayang Kulit (jawa) dalam pementasannya

sumber: rangkuman berbagai media seni budaya daerah







































































Dok: by Ksp@